Menjadi Dirimu atau Mengikuti Dunia Mereka

Hidup adalah tentang proses belajar, bahkan belajar cara menikmati secangkir cappucino panas.
Karena hidup memang bukan tentang kau saja,
Ada mata-mata manusia yang harus dimanjakan dengan apa yang kita lakukan,
intinya belajar menjadi orang besar. meski tak sepenuhnya besar.
melihat cara mereka berbicara, makan makanan yang tak biasa bagi kita,
memang cara mereka berbeda, namun begitulah dunia memperlakukan mereka.
kau adalah dirimu yang terus belajar ketika di depan mereka, kata pak Anis Matta ini adalah tentang memperbaiki selera.
meski kau wanita sederhana, namun kau adalah bagian dari mereka,
lakukan, rayakan,
pun jika tak mampu,
ambil pelajaran dan tinggalkan.
begitu saja cukup

Hidup Seperti Jepitan Skripsi

Hidup kita kadang tak ubahnya seperti jepitan skripsi.
Para "skripsier" :) tentu tidak asing lagi dengan jepitan berwarna hitam dengan sangkutan besi di kedua sisinya ini.
Memang, sejak skripsi mini tersebut masih bernama proposal, para skripsierpun akan memilihkan penjepit yang sesuai dengan ukuran ketebalan kertas. mengapa? karena ungkapan dalam bahasa Inggrisnya "the right man on the right place" hehehe, maksudnya kalau belum begitu tebal kertasnya mubazir kan kalau pakainya jepitan yang besar? Namun seiring dengan bertambahnya ketebalan skripsi yang konon katanya menguras jam makan, tidur, menonton, mandi, dll (emang segitunya ya?) hehehe maka pilihan jepitannya juga akan berubah menjadi lebih besar, sampai jepitan yang dipasangpun tidak cukup satu, mungkin untuk menjaga kerapian kertas yang akan diserahkan pada dosen.
Baca selengkapnya »

Cerpen mini



Kamu!kenapa selalu begini Alifah Husna?
Ketikan tidak pernah rapi, bahasa tidak beraturan, ini lagi, kenapa penomoran halamannya begini? “dosen itu memarahi husna sambil mencoret-coret kertas di hadapannya, Husna hanya menunduk sambil memperhatikan kesadisan dosennya mencoret-coret hasil begadangnya empat malam kemarin.  
Bawa pulang!”perintahnya” .
Kalau sudah kamu baca 100 kali dan kamu rasa tidak ada yang salah baru bawa lagi ke saya, paham?
iya pak,’jawaban Husna terdengar bergetar karena gugup’.
Tanpa memperpanjang mukaddimah sang dosenpun bangkit dari tempat duduknya, meninggalkan Husna yang hanya bisa berkata dalam hati,
huh kau memang berhasil menakutiku dosen angkuh bin sombong,
Jangankan menatap wajahmu, bahkan menyaksikan langkahmu pergi saja aku tak berani!
Tapi Aku tidak akan menyerah!
Akan kubuktikan aku bisa, kau lihat saja nanti!
Husnapun bangkit menyusuri lorong gedung Fkip yang tiba-tiba telah sepi.

Merabunnya Keimanan

Semakin merabun mata memandang cahaya
Bukan karena pendar cahaya yang meredup
Namun lebih pada iman yang tak lagi hidup
Wahai hati benarkah tak ada ketakutan lagi
Bahkan pada kematian yang telah pasti
Entahlah, mungkin aku tak mengenal lagi siapa diri ini
Merasa seperti mahluk yang tak tahu diri saja
Hidup dengan rasa bangga terhadap sesuatu yang belum pasti
Lalu membiarkan diri dengan dosa-dosa yang tak tahu sudah sebanyak apakah bilangannya?
Wahai hati mendekatlah pada yang senantiasa memberikan nasihat
Yang dengannya kau akan ingat tentang akhirat
Bukan pada yang malah dengannya kau tak tahu entah kapan takut kembali mencuat
untuk mengembalikan dirimu pada sebenar-benar hamba yang rendah di hadapanNya.