Hidup Seperti Jepitan Skripsi

Hidup kita kadang tak ubahnya seperti jepitan skripsi.
Para "skripsier" :) tentu tidak asing lagi dengan jepitan berwarna hitam dengan sangkutan besi di kedua sisinya ini.
Memang, sejak skripsi mini tersebut masih bernama proposal, para skripsierpun akan memilihkan penjepit yang sesuai dengan ukuran ketebalan kertas. mengapa? karena ungkapan dalam bahasa Inggrisnya "the right man on the right place" hehehe, maksudnya kalau belum begitu tebal kertasnya mubazir kan kalau pakainya jepitan yang besar? Namun seiring dengan bertambahnya ketebalan skripsi yang konon katanya menguras jam makan, tidur, menonton, mandi, dll (emang segitunya ya?) hehehe maka pilihan jepitannya juga akan berubah menjadi lebih besar, sampai jepitan yang dipasangpun tidak cukup satu, mungkin untuk menjaga kerapian kertas yang akan diserahkan pada dosen.

Sahabat, belajar dari jepitan skripsi di atas begitulah mungkin hidup kita, tak ada yang dapat menjamin hidup kita akan lurus saja jalannya, ibaratkan ukuran jepitan skripsi tersebut adalah patokan dari meningkatnya kualitas diri kita, maka begitupun dengan masalah, kehadiran masalah dalam hidup adalah sebuah keniscayaan yang tak mungkin bisa kita hindari dan bahkan kehadirannyapun tak pernah meminta izin dulu,seperti lirik sebuah nasyid dari maidany ,"masalah tak akan pernah bertanya kapan ia akan datang, dan tak perlu berlari bila ia menghampiri, ia akan menemui siapa jua yang terpandang hina atau mulia di mata manusia.
Namun sungguhpun begitu sahabat, ternyata masalah juga merupakan ujian dari Pemilik kehidupan seperti firmanNya "Dan sungguh Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan, ‘innalillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’”
“Mereka itulah yang mendapat berkah yang sempurna dan rahmat dari TUHAN mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. 2 : 155-157)
Nah saya tidak hendak menafsirkan ayat di atas, namun secara tekstual dapat kita pahami bahwa tidak ada satupun manusia yang tidak diberikan masalah oleh Allah bahkan kepada para Nabi dan Rasul sekalipun, maka bertemanlah dengan masalah taklukkan ia dan ambil pelajaran darinya,
hadirnya masalah akan membuat kita naik level jika kita mau belajar, sama seperti jepitan kertas di atas. Memang jepitan kertas tidak selamanya menjadi tolak ukur, banyak hal lain yang lebih menentukan. namun apapun itu untuk detik ini aku hanya ngin melihat hidup dari jepitan skripsi, dan ternyata masalahlah yang membuat kita besar suatu saat nanti, jika kita mau belajar memperbaiki diri, mengambil pelajaran dari setiap cobaan yang ada maka suatu saat dimana jepitan itu telah menjadi besar maka disitulah mungkin kebermaknaan akan jalan yang telah kita tempuh selama ini dan membuat kita sadar bahwa  kita telah meninggalkan jepitan kecil yang dulu menemani,
"sahabat kaulah Jepitan Skripsi itu selamat kini kau telah menjadi Besar".


2 komentar on "Hidup Seperti Jepitan Skripsi"

  1. Semoga dengan menjalani setulus hati dapat terasa nikmat adanya. Cherish (syukuri) every moment :-)

    BalasHapus
  2. Amin, terimakasih saudara Azhar, semoga kita semua dimudahkan untuk selalu bersyukur.:-)

    BalasHapus