Kala hidup menuntut manusia untuk saling berinteraksi, kala jaman disesaki
dengan mordenisasi, ada pola yang selalu menuntut manusia untuk mewujudkan
salah satu kebutuhan dalam dirinya,
kebutuhan untuk saling memahami.
Ya, memahami antara diri kita dan oranglainpun butuh untuk didalami. karena
terkadang mendapati bahwa kita tak sama dengan orang lain, kenyataan itu
menyakiti.Mendapati bahwa kadang sahabat sejati pun tak satu persepsi, tak
memahami maksud di hati atau kadang malah lari membelakangi. Dilema hati.
atas hati yang tak langsung mengerti, sering kali mengundang sisi manusiawi
kita, yaitu sakit hati.Benarkah sakit hati itu sifat mendasar pada diri manusia,
ah, jawabnya mungkin perlu penggabungan literasi yang memadai.
Memaknai arti hubungan dengan orang diluar kita tak cukup sekedar berkata
aku sahabatmu, aku memahamimu karena jawaban itu perlu di buktikan dalam
tindakan.
jawabnya tentu saja tak mungkin langsung kautemui,
mungkin akan kautemui dalam diam atau akan kaumaknai ketika senja temaram.
Pertanyaan ini membawaku pada perenungan di suatu hari. kalaku tatap
hari mengambil 'angle' pada timur dan barat kemudian melakukan dialog
dalam hati,,menatap timur sambil berkata:' timur, mulia sekali dirimu
memancarkan cahaya pagi yang menandakan aktivitas manusia sudah bisa di awali, menjemput
secuil rezeki yang telah di tetapkan ilahi, lalu ku tatap barat dan berkata
kaupun sama, meski menenggelamkan matahari namun kau menandakan malam yang
sunyi telah menanti pertanda keheningan menjadi teman insan meninggalkan ramai
pagi yang melelahkan diri.
dalam pikiranku mungkin saja jarak memisahkan kalian, namun tak selalu
kalian terpisah karena ada sang matahari yang akan bercerita tentang keadaan
timur yang di sapanya pada pagi hari, kemudian begitu sebaliknya mataharipun
bercerita tentang keseharian barat, ah indahnya kalian seumpana sahabat dalam
diam. mereka tak menuntut selalu bersama namun ada hal lain yang menyatukan mereka,
mungkin begitupun kita. Dalam hubungan yang kita beri nama persahabatan tidak
semua hal harus kita samakan, begitulah seharusnya. Kita tinggal dalam lingkup keluarga yang berbeda, kita
punya pemenuhan kebutuhan yang tidak sama, keseharian kita dalam aktivitas yang
tak sama. mari bercermin dari keragaman warna pelangi. Mereka berekspresi dengan warna
masing-masing hingga warna itu tak saling membenci, namun saling melengkapi
hingga setiap mata menakjupi.
karena sahabat sejati ada bukan untuk menyamakan persepsi, adanya untuk di
bagi, kebaikan kita warnai, agar terciptalah saling mengerti dan melangkah
dalam harmoni.
sulit memang untuk langsung mengerti, namun tak sulit jika setahap demi
setahap persahabatan itu dimaknai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar