Untukmu Rasulullah,
Salam dan shalawat terhantur untukmu kekasih Allah
Yang tuturmu berwibawa sedangkan diammu bersahaja.
Ya rasulullah,
Mungkin memang tak selalu sempurna caraku mengikutimu,
kadang tak selalu sama caraku mencintaimu. Namun kalaku coba mengenangmu,
membawaku tenggelam dalam kesendirian menuruni baris demi baris kisah heroikmu
di masa lalu, menyatu dalam sejarahmu yang memukau dan akhlakmu yang mempesona.
Wahai rasul, kala kutuliskan surat ini untukmu senja sedang
beranjak ke peraduannya,
Malam pun datang memanggil gelap pekat sang sahabatnya,
penanda bahwa waktu akan dipergilirkan, merambat meninggalkan bulan, minggu,
hari, menit dan detik peringatan tentang bulan kelahiranmu.
Ya Rasulullah,
Tidak hendak membiarkan diri selalu bergumul dengan kealpaan,
maka kutuliskan surat cinta ini agar menjadi pengingat bahwa tak layak untuk
melalaikan diri meneladani idola sejati, lelaki mulia pilihan Ilahi.
Ya Rasulullah,
Kala ku mulai menarikan jemari, hendak menyambungkan kata dengan
makna,
Tiba-tiba saja rasa malu menghampiri, hendak menahan tangan
ini mengetikkan kata, menyanjungmu dengan puja.
Karena kadang dengan
tangan ini pula diri sering berbuat nista
Tak taat seruan Allah, tidak konsisten ikuti sunnah
Namun tiada hendak menyangkal kata hati ini,
Bahwa sudutnya masih tetap menjadikanmu satu yang dicintai.
Maka sepertinya niat untuk menuliskan demi cinta
kepadamu lebih kuat daripada sekedar
godaan untuk berhenti.
Memang mengisahkan tentang
sesuatu yang dicintai takkan membuat lelah untuk terus menjejaki, melangkah dan
berlari untuk menelusuri jalannya yang mempesona,
Mengisahkan
tentang apa yang dicintainya layaknya janji yang akan setia untuk di tunggu
untuk ditepati,
Mengisahkan
tentang apa yang dicintai bagai memeluk bayangan yang sangat di rindui, dan
semua orang tau, rasa itu tiada bertepi,
Mengisahkan
tentang apa yang dicintai bagai tanah yang merindui hujan, rindu sekali!
Dan
mengisahkan tentang apa yang dicintai tak ingin berhenti mengarungi, menantang
gelombang jaman masa kini.
Dan
ini adalah tentang kisah cinta yang menentramkan, menenangkan, tentang sebuah
kenangan yang jejaknya tak mungkin terhapus meski melalui lintasan detik dari
masa ke masa.
Sungguh
tak tau lagi dengan apa pantasnya menggambarkan perasaan ini walau kadang laku
diri tak sepantas yang tergambar dari ketikan jemari.
Ya
Rasulullah,
Mengingatimu hanya dalam kata mungkin menjadi lakuku sahaja
karena banyak orang diluar sana yang bahkan tak cukup
mengeja rindu padamu dalam kata, mereka mencintaimu dengan nyata,
cinta mereka dinyatakan dengan korbankan jiwa, harta dan
raga.
Tentu itu bukti nyata cinta padamu, pada Allah yang
menciptakan dirimu dan diriku.
Namun harus kuakui bahwa tak mungkin dan tak mampu ku karang
rindu ini,
karena ia datang begitu saja tanpa harus ku undang rasa.
Mungkin rasa rindu ini jauh berbeda dengan rindu pendampingmu
Khadijah Binti Khuwailid yang mulia.
Menunggu datangmu dengan sabar, menenangkanmu dalam ketakutan
yang besar namun ia membuktikan keberadaan rasanya dengan mendukungmu tanpa
banyak tanya, menemanimu menerima tugas sebagai pembawa risalah, menjadi nabi
yang mulia.
Sungguh tak mungkin dan tak mampu pula ku karang rasa cinta ini,
karena hadirnya tak mampu ku halau paksa
mungkin rasa cinta ini
jauh berbeda dengan cinta sesosok sahabatmu Abu Bakar yang bersahaja, menemanimu
dalam gua tak hiraukan diri terluka, yang terpenting engkau dijaga dalam
pangkuannya, melepaskan lelah dari kejaran musuh yang membabi buta.
Sungguh ya Rasulullah tak mungkin dan tak mampu ku karang
asa
karena hadirnya menari di pelupuk mata,
mungkin asa ini jauh berbeda dengan harap muadzinmu Billal
Bin Rabbah yang mulia, mengikuti seruanmu dengan yakin dalam dada meski harus
di bayar dengan siksa, tindihan batu di dada, di jemur di terik padang pasir
oleh kafir Quraisy yang hina, namun berita gembira yang kau kabarkan padanya,
dengan amal andalannya terompahnya terdengar di surga.
Oh alangkah benar bahwa sesuai dengan janjiNya lelah dan
sakit pasti akan berbayar.
Ya Rasulullah
Tanya ini tentu tak bisa kuhindari, siapalah diri ini
diantara orang-orang mulia yang membersamaimu?
Sungguh tak pantas diri ini mengaku mulia, karena laku diri
yang masih bersuka dengan dosa.
Namun dengan sisa waktu yang ada
Maka ijinkan insan hina ini meminta padaNya
Menyampaikan rindu dan cinta hamba di bumi ini mengangkasa
jauh
Menyentuh sudut hati yang disana bersama Allah nan
mulia
Karena sadarku bahwa
Mengingati engkau wahai kekasih Allah tak cukup dengan
menghafal nama istri-istrimu yang shalehah, menghafal nama sahabatmu yang kuat
dan gagah, tak cukup menghafal silsilah, tak cukup pula hanya membaca sejarah
atau bermukadimah dengan jalan cinta mu yang indah
karena sejatinya mengingatimu ya Rasulullah adalah konsisten
untuk tetap dan terus ikuti sunnah.
Syamsiah
Penghujung Jumadil Akhir 1435 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar